Review Blue Vino by K. Fishcher, Passion di Ladang Anggur Langenlois

My rating : 4 bintang (skala 5)

Judul : Blue Vino
Penulis : K. Fischer
Editor : Dini Novita Sari
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbitan : 2013
Jumlah halaman : 328 halaman
ISBN : 978-979-22-8019-7




Sinopsis :
Roz melarikan diri dari tempat kerjanya menuju perkebunan anggur ‘Hennerhof’ yang indah di Langenlois, Austria Selatan karena kecewa dikhianati partner kerjanya. Tapi, ternyata Roz yang terkenal dengan julukan Miss Fix It harus berjumpa dengan masalah demi masalah baru. Bahkan Roz terlibat hubungan cinta segitiga dengan Bjorn Baum dan Dagny Kerulaner. Tapi, lagi-lagi Roz mengalami pengkhianatan salah satu dari mereka berdua. Siapakah yang berhasil memenangkan hati Roz?



Review :

Kisah yang  berjudul menarik, ‘Blue Vino’ ini merupakan novel Amore yang menceritakan tentang perjalanan cinta Roz dengan latar belakang perkebunan anggur yang indah di Langenlois. 



Pantulan awan di angkasa dan warna-warni matahari nyaris tenggelam, membuat dunia atas dan bawah menyatu. Seperti pelangi yang tidak berkesudahan. Seperti hujan yang tidak dapat lagi dilihat, apakah airnya mengalir dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas? (halaman 134)


Di musim dingin, semuanya akan tertutup salju. Batang-batang mereka akan mongering, keriput, dan mati. Di musim semi mereka tampak seperti orang kurus yang botak. Kalaupun ada tunas-tunas daun yang meruak di antara keriput tangkai anggur, hasilnya seperti orang kurus yang mencoba berkumis, tapi rambutnya jarang. Di musim panas daun hijau segar tertutup oleh bonggol-bonggol anggur yang montok. Seperti orang yang kebanyakan makan dengan baju nyaris robek karena gemuk yang meledak. Sementara di musim gugur, ketika daun berubah kuning keemasan dan bonggol anggur sudah raib dipanen, mereka akhirnya mendapat kesempatan untuk menunjukkan kecantikan sejati mereka. (halaman 256-257)

Hal yang paling membuatku jatuh cinta dengan novel ini ialah cara pengarang menggambarkan tempat dengan begitu terperinci sehingga aku bisa merasakan pesona Langenlois.  (Kapan ya bisa benar-benar melihat pemandangan Langenlois secara real >.< ) 


Pasti akan sangat menarik jika dalam kisah ini ada budaya setempat yang ditonjolkan, misalnya festival panen Anggur? Tarian? Apa budaya Langenlois yang menarik selain keindahan perkebunan anggurnya? ^.^



Flirting. Main mata. Passion yang bergelora sangat terasa dalam novel ini. Cinta yang terlarang … Cinta segitiga … mempermainkan perasaan Roz. Hanya agak kurang terasa romantisme dan emosi cinta yang mendalam. Aku mengharapkan lebih banyak lagi adegan dan kata-kata yang romantis. Justru aku merasakan emosi yang lebih mendalam ketika pengarang mendeskripsikan tempat. ^.^ Tapi, mungkin karena tokoh-tokohnya berdarah Barat (kecuali Roz yang blasteran Indo-Austria), lebih bersifat praktis dan langsung jika merayu, tidak seperti ala Indonesia yang lebih mendayu-dayu … Kisah cintanya akan lebih menarik jika Roz lebih tarik-ulur lagi dengan Bjorn dan Dagny. Aku juga mengharapkan ada konflik yang lebih rumit, misalnya persaingan cinta yang lebih sengit antara Bjorn dan Dagny, kecemburuan yang lebih terasa antara satu sama lain … (aku jahat kan, mengharapkan mereka berdua lebam-lebam :P) Setidaknya, ketika salah satu dari mereka menyadari yang lainnya mengkhianati perasaan Roz, biasanya pria  akan bersikap lebih emosional, dan maju membela wanita yang dicintainya … Tapi, mungkin dalam kisah ini pengarang bermaksud mengemukakan sisi psikologis dunia Barat yang bersikap lebih praktis dan berkepala dingin dibandingkan karakter Indonesia yang jauh lebih emosional. Misalnya, dalam kisah ini pria berdarah Barat akan menjauhi sang wanita begitu dia melihat gelagat wanita itu flirting dengan pria lain. Tapi, pria Indonesia biasanya lebih tidak patah arang selama janur kuning belum melambai. :P

Jadi, novel ini sangat menarik untuk melihat perbedaan psikologis, cara pandang antara Barat dan Timur. Misalnya pandangan  pria Barat mengenai cinta yang bersifat praktis (to the point), yang tidak terlalu melibatkan perasaan mendalam. O.O (walaupun tidak semua pria Barat seperti itu =))
“Bjorn, apakah … apakah kamu mencintaiku?” tanya Roz. (halaman 107)
“Kalau itu membuatmu tinggal denganku malam ini, ya,” jawab Bjorn.(halaman 108)
Sedangkan Roz walaupun ia suka flirting dan centil :P, ia masih membawa filosofi Timur-nya yang tidak begitu saja memberikan dirinya kepada pria yang baru saja ia kenal.

Sisi kehidupan yang menarik, berhasil dituangkan oleh sang pengarang. Seorang suami biasanya suka flirting dengan wanita lain yang disukainya. Mengapa? Ia sudah mempunyai istri cantik dan anak-anak. Pria akan mencari wanita lain karena ia kurang berkomitmen atau ia tidak merasa nyaman. Ia merasa wanita lain lebih memujanya atau lebih menarik. Istri memang pendamping hidup yang ideal, yang membawa nama keluarga, yang melahirkan dan membesarkan anak-anaknya. Tapi, pacar atau selingkuhan, merupakan wanita yang membuat dirinya merasakan kebahagiaan. (walau kadang sesaat :P) Kuncinya, kembali lagi ke pengendalian diri. Berdasarkan apa tadinya menikah???  Akan sangat menarik jika pengarang lebih membahas mendalam mengenai dilema sang suami yang memilih istri atau pacarnya. Aku juga ingin peran Lisa lebih banyak dalam novel ini. Mungkin seperti Lisa yang sebenarnya menaruh perasaan ke teman masa kecilnya, Dagny. Jadi, cinta dalam novel ini semakin rumit, dari cinta segitiga menjadi cinta segiempat. ^.^ (dan aku sukses dikeplak sama pengarangnya, bikin pusing aja kamu…wkwkwkwk…atau bikin seri selanjutnya dengan tokoh utama Lisa)
Tapi, bisa dimaklumi pembahasan dalam novel ini tidak bisa secara luas karena terbatasnya jumlah halaman. =)

* Tips untuk para wanita :
Selalu tanya dulu status seorang pria? Sudah menikah belum? Karena nanti bahayanya kalau sudah jatuh hati, tapi ternyata si dia sudah menikah, dia bisa beralasan, kamu gak nanya, sih… yea, sebelnya tuh di sini … :P Ini saja masih memasuki fase kedua, apa si pria benar-benar single, makanya kamu sebaiknya masuk ke lingkungan keluarganya ataupun teman-temannya sebelum terperosok lebih jauh. J)

Cinta itu tidak logis …
Kontradiksi diri Roz yang sangat praktis, kuat, dan logis dalam menghadapi masalah kerjanya. Tapi, begitu menghadapi masalah cinta, hilang semua kelogisannya …

Penokohan :

Rosalia (Roz), seorang insinyur teknik mesin yang berkarakter pintar, paranoid, baik hati, dan mudah luluh oleh rayuan gombal. :P

Luibisa (Lisa), sekretaris Roz yang berkarakter ramah, simpatik, dan ceroboh.

Frau Henner, ibu Roz yang berkarakter mudah cemas dan terkesan seperti hidup di masa lalu.

Hubert, rekan kerja Roz yan berkarakter egois, licik, dan pandai meyakinkan.

Bjorn Baum, bintang film terkenal yang berkarakter penuh percaya diri, agresif, flamboyan, hangat, dan simpatik. Ia seorang homme fatale.

Dagny Kerulaner, pemilik perkebunan anggur organik Kerulaner yang berkarakter tenang, pendiam, dan kaku.



Pengarang menggambarkan karakter pria seperti Bjorn dan Dagny dengan sangat baik dan cukup kontras sehingga sangat menarik. Bjorn yang agresif dan hot! Dagny yang misterius , dingin, dan penyendiri. Hanya satu kesamaan mereka, sangat ambisius! Bahkan salah satu dari mereka menghalalkan segala cara untuk mencapai kesuksesan dan misi hidupnya.Tapi, karakter Roz agak sulit dimengerti. Mengapa sih dia flirting dan tebar pesona ke sana-sini? Apa dia jatuh cinta dengan kedua pria ini? Untuk wanita sedewasa dan sematang Roz, kok masih galau, ya? Hehehe J



Kisah ini juga menyinggung kehidupan zaman foedal dengan problem tuan tanah bangsawan yang harus menghadapi tantangan modernisasi. Memang benar dalam bisnis jika distandarisasi dan dipasarkan secara global, lebih mudah jika dilakukan penyeragaman kualitas anggur sehingga hanya tersedia satu varietas anggur dalam jumlah besar, ibaratnya glosir yang membuat biaya produksi menjadi lebih murah karena suplai bahan anggur yang melimpah.  Menyerupai satu kekuatan bisnis besar. (Hal ini dilakukan oleh Thailand dengan hanya memajukan satu varietas durian, yaitu durian Monthong dan melenyapkan varietas-varietas durian lainnya dalam negara tersebut.) Tapi, keragaman varietas anggur juga merupakan kekayaan dan peluang bisnis karena selera masyarakat yang beragam akan mendorong kreativitas untuk membuat racikan anggur yang rasanya khas dan eksklusif.



Sedikit menyinggung hal berkebun. Dalam novel ini dikatakan pupuk dari tahi kambing merupakan hal yang tepat untuk ekosistem. Tapi, sebenarnya pupuk terbaik untuk suatu tanaman ialah dari tanaman itu sendiri, berarti pupuk kompos dari daun-daun anggur. Hal yang sangat menarik dalam Blue Vino ialah pembuatan pupuk organik dari tahi kambing yang dimasukkan ke dalam tanduk sapi, dikubur di dalam tanah untuk mengalami fermentasi selama setahun. [seperti buat kimchi yang merupakan makanan yang sangat sehat karena terjadi penguraian protein. O.O Ada yang tertarik untuk menjadi kelinci percobaan? :p)
(Aku jadi penasaran ingin melakukan uji coba, tapi nunggunya lama sekali ya sampai jadi >.< Biasanya air seni kambing difermentasi selama 1-2 minggu di tong tertutup.)


Novel ini menggambarkan dunia wine. Perkebunan. Penyulingan wine. Peracikan wine. Gentong wine.  

Bahkan bunker sebagai tempat menyimpan wine yang berkualitas.(Semakin lama wine disimpan, rasa dan aromanya semakin khas sehingga harganya semakin mahal.)


Prinsip proses industri pun digambarkan dengan mendetail. Semua hal harus dimanfaatkan. Misalnya, prinsip pemanfaatan anggur. 



Buah anggur dimanfaatkan untuk membuat wine.  Biji anggurnya diekstraksi untuk diambil minyaknya. Bukan hanya sebagai minyak salad, tapi minyak biji anggur banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi (mencegah kolesterol, kanker, obesitas, dan anti aging) dan industri produk kecantikan (misalnya, bahan krim wajah, masker wajah, dll).


Mungkin ampas buah anggur  bisa dimanfaatkan untuk membuat selai dan sirup???




Quote kalimat yang menarik :



Komentar

Popular Posting